Ketika Cinta Mengetuk Hati Sang Aktivis Dakwah
Aktivis dakwah kampus yang sering disebut ADK bukanlah barisan malaikat
yang tanpa cela. Bagaimanapun juga, mereka adalah manusia yang bisa
melakukan kesalahan dalam tatanan kehidupannya. Disinilah uniknya,
fitrah manusia yang mempunyai rasa dan akal untuk belajar dari tiap
kesalahannya. Sering kali ADK tergelincir dan keluar dari barisan dakwah
karena tidak memiliki iman yang kuat.
Banyak hal yang menggoyahkan ADK. Menurut penglihatan saya para ADK
sering kelimpungan kalau sudah terkena virus merah jambu. Virus ini
bekerja secara perlahan tapi pasti. Kadang para ADK tidak menyadarinya
bahwa dalam hatinya sudah terjangkit virus merah jambu (VMJ). Biasanya
bila sudah terjangkit virus ini, hati hanya condong ke satu arah, mata
hanya memandang ke satu wajah, dan rindu itu tertuju hanya untuk satu
orang idola. Dia yang tanpa cela, dia yang selalu sempurna, dan dia yang
selalu dipuja. Masalahnya yang disebut dia bukanlah Sang Pemilik Hati.
Namun hanya seorang yang mungkin bisa mengacaukan hati.
VMJ ada karena cinta ada. Tiada yang dapat mengingkari perasaan ini
karena rasa ini adalah fitrah kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Tetapi,
ada yang perlu dicatat! Pengemasan cinta itu. Karena cinta tidak bisa
dibelenggu makanya harus dijaga dan dirawat agar tidak keluar dari jalur
yang diridhoiNya.
Setiap aktivis dakwah mempunyai pertahanan diri yang berbeda-beda
terhadap VMJ. Ada yang sanggup bertahan dalam barisan dakwahnya dan juga
ada yang kalah, terserak dalam rantai permainan hati yang dia buat.
Saya akan tuliskan beberapa kisah aktivis dakwah dalam realita kehidupan.
1. Aktivis Butuh Penjagaan Iman
Seorang aktivis dakwah yang berada dalam lingkungan heterogen kampus
tantangannya mungkin lebih berat dan penjagaannya harus lebih kuat.
Interaksi dengan lawan jenis bisa dibilang sering. Dan di lingkungan
seperti inilah kadang ujian menghampiri. Dan hal ini dialami oleh
seorang akhwat. Sebut saja namanya Arsya.
Arsya adalah seorang akhwat yang aktif di organisasi kampus Universitas
di Bandung. Nuansa kekeluargaan yang terbangun dalam organisasi itu
membuatnya nyaman dan betah. Dia mengakui pengurus organisasi ini
seperti keluarga keduanya setelah keluarga aslinya yang jauh dari
ibukota Bandung.
Rutinitas Arsya berkumpul di organisasi ini adalah pemicu awal
getar-getar dalam hatinya. Awalnya dia hanya iseng menghabiskan waktu
bersama teman-teman organisasinya sehabis kuliah atau jeda kuliah satu
dengan lainnya. Keisengannya tumbuh menjadi suatu kebiasaan.
Seiring berjalannya waktu ada seorang ikhwan berhasil menarik perhatian
Arsya. Kekaguman,dan kerinduan tumbuh dengan apik di dalam hatinya yang
lembut. Dia mengira perasaan ini cuma hal biasa. Fitrah bila
mengidolakan seseorang karena kebaikan dan pribadi yang sempurna.
Lambat laun perasaan ini semakin menjadi didukung dengan aktivitas di
dalam organisasi yang semakin padat dengan banyak melakukan kegiatan dan
rapat-rapat. Semua ini membuatnya sering berinteraksi dengan pengurus
organisasi tersebut. Dan tentu saja Arsya hampir tiap hari bertemu
dengan ikhwan yang diidolakan dan semakin membuat otaknya dipenuhi
dengan sosok ikhwan tersebut. Astaghfirullah…
Arsya menyadari ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Keganjilan yang
dia rasakan. Wajah seorang yang selalu terbayang. Kerinduan yang tanpa
alasan. Semua itu meresahkannya ditambah kegiatan liqoat yang sering dia
lewatkan. Ruhiyahnya lapar, tidak pernah terisi dalam hitungan bulan.
Rutinitasnya untuk dunia organisasinya dan aktivitas kuliahnya yang
padat membuatnya lupa akan kebutuhan ruhaninya. Hingga suatu hari sang
murabbi mengingatkan dan menasihatinya.
Arsya mulai menata hatinya dari awal atas bimbingan murabbinya. Ya
akhirnya! Dia menemukan cahaya dakwah dalam jiwanya. Liqoat yang tadinya
tidak terlalu dia pentingkan ternyata dapat dijadikan alat untuk
membangun benteng keimanan dari godaan-godaan hati yang dibayangi nafsu.
Dia kini meluangkan waktu untuk rutinitas lama yang pernah dia
tinggalkan sebelumnya untuk mengisi jiwanya dengan sentuhan-sentuhan
illahi.
Secara perlahan Arsya merubah pandangannya tentang sosok ikhwan yang dia
idolakan dan nyaris terlihat sempurna di matanya. Ikhwan tersebut
adalah manusia biasa yang mungkin dimanfaatkan Alloh untuk mengujinya.
Waktu yang membuktikan segalanya.
Kewajaran tumbuhnya cinta tidak bisa diwajarkan bila tumbuh di lahan yang penuh dosa. Arsya meyakini itu.
Doa seorang Arsya,” bersihkan hati ini dari titik-titik noda ya Allah.
Dan gantilah hatiku dengan hati yang lain bila tak bisa dibersihkan
lagi.”
Arsya dalam kisah ini mengajari kita bahwa keheterogenan pergaulan
membutuhkan keimanan yang kuat, hati yang bersih, dan nutrisi jiwa yang
tidak boleh terputus. Menundukkan pandangan itu penting, agar kekaguman
dan penyakit hati lainnya tidak akan menyerang kita. Terutama virus
merah jambu. Jadi, waspadalah dengan mata dan hatimu saudaraku.
2. Perjalanan Cinta Sang Aktivis
Sapalah ikhwan ini dengan Dika. Dia aktif dalam keorganisasian di dalam
kampus maupun di luar kampus. Berinteraksi dengan lawan jenis sudah
menjadi hal biasa baginya. Parasnya yang cukup rupawan dan keaktifannya
dalam berdakwah mendapat banyak perhatian dari ihkwan lainnya dan akhwat
pun banyak yang mengaguminya. Mungkin tidak ada yang menyangka masa
lalunya yang penuh cerita yang tidak terbayangkan telah dialami oleh
seorang aktivis seperti Dika.
Ketika SMA Dika adalah seorang aktivis rohis di sekolahnya. Selain itu
dia juga mengikuti salah satu organisasi islam bagi pelajar Indonesia.
Meskipun saat itu dia seorang aktivis dakwah tetapi cara dia memandang
tentang cinta tidak sesuai dengan koridor islam. Dia masih menghalalkan
pacaran. Dalam pikirannya tertanam adanya pacaran islami. Mungkin itu
terjadi karena buku-buku yang bergaya islami tetapi menyesatkan. Aku
tidak tahu persis dengan cara berpikirnya saat itu.
Dika memiliki teman dekat bernama Uni. Adik perempuannya teman sekolah
Uni. Jadi, tanpa direncanakan mereka saling kenal dengan perantara
adiknya. Uni banyak tahu tentang Dika dari adiknya. Hubungan pertemanan
Uni dengan Dika cukup baik. Saat itu tidak ada rahasia antara mereka.
Dika selalu bercerita tentang aktivitasnya dalam berorganisasi dan
teman-teman perempuan yang mengaguminya. Dika pernah bilang ke Uni
merasa risih bila ada teman perempuannya mengharapkan lebih darinya. Uni
hanya menanggapinya dengan senyuman dan candaan. Saat itu Uni tidak
mengira dika benar-benar merasa resah atas keberadaan mereka─
teman-teman perempuannya.
Sesuatu yang mengagetkan terjadi, setelah beberapa bulan Dika lulus SMA.
Dika mengumumkan hubungannya dengan seorang perempuan. Mereka
berpacaran. Hubungan mereka cukup lama sampai hitungan bulan. Saat itu
Dika masih kontak melalui sms saling tanya kabar dengan Uni. Entah
kenapa Dika tidak bisa melepas sahabatnya meskipun telah memiliki
kekasih.
Ketika Uni memasuki bangku kuliah. Saat itu terdengar kabar Dika putus
dengan pacarnya. Tahun itu juga Dika baru saja mendaftar di sebuah
perguruan tinggi dan diterima. Sejak saat itu Uni dan Dika hampir tidak
pernah saling komunikasi.
Sebenarnya Dika dari awal menyukai Uni menurut pengakuan Dika. Namun, Uni hanya menganggapnya teman biasa.
Dika tahu Uni bukanlah seorang akhwat. Dia tidak berkerudung. Dia juga
tidak anti pacaran. Tetapi, dia memang tidak mau pacaran. Dika tidak
tahu alasannya apa. Sebagai pelarian dia berpacaran dengan orang lain.
Dan saat Dika mengenal tarbiyah, memahami koridor cinta yang benar,
cinta yang diridhoiNya. Dia memutuskan putus dengan pacarnya. Dan saat
itu dia mendengar dari teman-teman kuliah Uni, bahwa sahabatnya itu
telah berubah menjadi seorang aktivis dakwah di kampusnya. Uni menjadi
Seorang akhwat. Dika bersyukur bahwa Uni telah menutup auratnya.
Dika yang seorang aktivis dakwah kampus malu bila mengenang masa
lalunya. Tetapi, dia bersyukur karena Allah masih memberinya kesempatan
untuk kembali ke jalanNya.
Sekarang yang dikenal orang dari Dika adalah seorang ikhwan yang tanpa cela. Terlepas dari godaan dan sempurna.
Bila seorang dengan keyakinan bertaubat dan kembali ke jalan Allah
dengan hati yang suci insyaallah Yang Maha Tahu akan menyembunyikan yang
memang harus disembunyikan.
Sebatas obrolan dengan kawan
Pernah kulontarkan sebuah pertanyaan kepada seorang teman,
“Terlihat jelas cerita cinta sedang dipaparkan. Namun, kenapa dia
hanya sebatas bayang tanpa nama. Begitu sucikah namanya tak bisa
diikrarkan seperti setetes embun pagi yang bening tanpa noda?”
Dan dia menjawab,
“sangat suci untuk tidak menebar sebuah fitnah, ya beginilah aku
memandang seorang wanita. Begitu suci maka harus diperlakukan untuk
menjaga kesuciannya. Dan inilah cinta, perlu pengorbanan untuk menjaga
agar tetap suci seperti lahirnya”
Bingkai sajak memiliki makna tersirat. Tersembunyi sebuah nama di balik
syair-syair tanpa ada seorangpun yang mengetahui. Adakah sebuah rahasia
di balik dialog di atas. Entahlah…aku pun tidak tahu. Hanya Tuhan Yang
Maha Tahu. Cinta dalam kebisuan, syair-syair, dan ketakwan pada-Nya.
Sumber : http://maharcinta.blog.com