Satu hal yang harus selalu dicatat: tidak ada yang bisa dilupakan, meskipun itu kita tidak ingat lagi. Karena boleh jadi, di sisi2 lain, hal tersebut tetap diingat hingga kapanpun.
Jika kita tidak bisa memahaminya dari sisi yang tidak ingat lagi, maka cobalah dari sisi yang hingga kapanpun tetap mengingatnya. 
*Tere Liye

 Kalau kalian ingin 'melupakan' sesuatu/seseorang justeru cara efektfinya adalah dengan jangan dilupakan.
Kalau kalian ingin mencari perhatian sesuatu/seseorang justeru cara efektifnya adalah dengan jangan diperhatikan.
Tapi ini jurus sakti, jadi perlu banyak hal untuk menguasainya. Selamat berlatih.
--Tere Liye


“Tahukah kau, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.”
--Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"


 “Kalau memang terlihat rumit, ragu2, kesana-kemari, tidak jelas, plintat-plintut, bikin sebal, sakit hati, lupakanlah. Segera lupakan. Urusan perasaan yg sejati selalu sederhana."
--Tere Liye, novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah'.


"Nak, perasaan itu tidak seperti satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.” 
― "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah", Tere Liye

 Semua orang bisa berubah. 
Tapi ada yg niat dan sungguh2, ada yg tidak.
Ada yang menjadikan janji berubah itu seperti janji matahari yang setiap pagi selalu hadir; ada yang gombal saja, pemanis bibir.
--Tere liye


Boleh jadi, jodoh kita adalah teman sendiri atau tetangga sebelah rumah. 
*Tere Liye

“Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu.”— Tere Liye - novel 'Sepotong Hati yang Baru'


 "Orang - orang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri.” 
― Tere Liye, Berjuta Rasanya


"Melupakan" adalah salah satu dahan dari pohon cinta. Dia dekat dengan dahan "melepaskan". Dan boleh jadi, besok lusa, seiring waktu berjalan, dua dahan ini justeru menjadi akibat penting bersatunya sebuah cinta. 
Sayangnya, dahan-dahan ini tidak akan terlihat oleh orang yang terlalu dekat, melotot pula, takut sekali kehilangan, saat menatap pohon cinta. Terabaikan begitu saja.
--Tere Liye


Ketika kita memiliki teman, maka bukan berarti kita pasti akan selalu bersamanya. Ada masa-masa kita harus pindah, mengambil kesempatan, melanjutkan sekolah, pekerjaan. Tetapi juga bukan berarti kalau sudah berpisah, maka selesai begitu saja. 
Itulah gunanya persahabatan yang sejati, teman lama selalu menjadi teman, atau malah lebih spesial saat bertemu kembali, menjalin kontak kembali. Hei, jika HP, laptop, komputer, mengasyikkan kalau punya yang baru, tapi teman, semakin lama, semakin mengasyikkan.
Selalu begitu.*Tere Liye


 Untuk mengetahui suasana hati seseorang, kadang cukup dengan tahu dia sedang menyukai lagu apa. 
Dan jika lagu itu terus jadi favoritnya bertahun-tahun, maka suasana hati itu boleh jadi terus menetap bertahun-tahun menjadi kenangan.
*Tere Liye


“Tidak selalu yang kau pikirkan itu benar. Tidak selalu yang kau sangkakan itu kebenaran. Kalau kau tidak mengerti alasan sebenarnya bukan berarti semua jadi buruk dan salah menurut versi kau sendiri.”
--Tere Liye, novel Eliana


 Cinta tanpa komitmen dan kepercayaan seperti meja tiga kaki kehilangan dua kakinya. Runtuh.
--Tere Liye; buku "sepotong hati yg baru"


Waktu selalu berbaik hati mengobati kesedihan. 
--Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"


 “Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.” 
--Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"


Janganlah sekali-kali kau membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Menganggap orang lebih bahagia atau kenapa hidup kita begitu nestapa. Kita tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui dan perjuangkan untuk mencapai kehidupan mereka yang sekarang. Karena itu, bersyukurlah dengan kehidupanmu yang sekarang.
--Tere Liye, novel "Rembulan tenggelam di wajahmu"


"Perasaan yang terpendam juga bisa dibilang doa, bukan?"--Tere Liye, novel 'Moga Bunda Disayang Allah"


 “Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.” 
― Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"


“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.” 
― Tere Liye, novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"


 Ada situasi yang sangat mengharukan. 
Yaitu ketika kita membenci sangat seseorang, dinyatakan kebencian itu terang benderang di depan banyak orang--agar orang lain ikut benci; tapi orang yang kita benci justeru dalam waktu2 terbaik, di malam gelap, justeru mendoakan kita dengan tulus, mendoakan sesama saudara. 
Ingatlah selalu: kita boleh jadi SULIT mencapai level orang dibenci ini--yang tetap membalas dengan kebaikan, tapi pastikan kita tidak jadi bagian, atau dekat2 dengan orang yang membenci dan terussss menyebar kebencian.
*Tere Liye


Ketika orang lain malas menjelaskan sesuatu, boleh jadi bukan karena orang itu yang menyebalkan. 
Boleh jadi karena kitalah yang bertanya sesuatu yang memang sudah ada penjelasannya terang-benderang di hadapan kita--kitanya saja yang malas mencari tahu, atau malah tidak peduli, tapi tetap saja nanya.
*Tere Liye


 Tepat orangnya.Tepat waktunya.Tepat pula caranya.
Satu tidak terpenuhi kondisinya. Maka tidak akan baik prosesnya. Lantas bagaimana kita tahu tiga ini memang sudah tepat? Genapi dengan tepat ke-4, pamungkasnya: tepat doanya.
*Tere Liye


“Sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya. 
Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."
*Tere Liye, dalam 2 novel petualangan aksi "Bedebah"


 “Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.”
-Tere Liye, "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"


Jika seseorang menyukai dan peduli pada kita, maka apapun yang kita katakan, termasuk saat melakukan kesalahan, dia tetap paham dan menerimanya.
Tapi jika seseorang sudah membenci kita, maka, tidak ada yang bisa kita katakan atau lakukan kemudian membuatnya senang dan sependapat.
Maka lebih baik, fokus saja pada yang peduli.
*Tere Liye


“Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”— Tere Liye, buku “Berjuta Rasanya"


"Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan yang mendalam. Maka akan lebih menyakitkan akibatnya ketika kita mengalami jatuh cinta sekaligus kesedihan yang mendalam."*Tere liye, novel "Sunset Bersama Rosie"


 "Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar."
* Tere Liye, novel "Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah"


Bukankah ada yang baru pacaran hitungan minggu atau bulan saja sudah panggil2an "Papa, Mama", "Ayah, Bunda". Maka saat tiba2 perasaan itu terbanting dalam sekali, berubah jadi benci, bagaimana mungkin kita tidak jadi nelangsa habis2an?
Kitalah yang membuatnya rumit, lebay sejak awal. Maka, bersiaplah dengan seluruh resikonya. 
*Tere liye


Apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami.
Apalah arti kehilangan? Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan.
Apalah arti cinta? Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupkan jaraknya setipis benang saja.”*Novel RINDU, Tere Liye, Penerbit Republika


 Kita tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun bahwa kita itu baik, setia, ramah, berbakti, pintar, kaya, dsbgnya. Buat apa?
Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik, ramah, pintar, setia, kaya, dan sebagainya tersebut.
*Tere Liye, novel "RINDU"